Memecahkan
Bahasa Sandi
Kakek hilang atau tepatnya pergi dari rumah. Seluruh
anggota keluarga menjadi panik. Ibu menangis sedih. Ayah kebingungan. Lodi dan
Ruli, kakak beradik, juga ikut cemas. Kakek belum hafal jalanan karena baru
tiba dari desa.
“Jangan – jangan, kakek kembali ke desa?”Lodi menduga.
“ Tidak mungkin. Kakek, kan, baru tiba kemarin,” Tukas
ibu.
“ Kita lapor polisi saja ?” Usul Ruli.
“ Jangan ! sebaiknya, kita cari dulu. Mungkin, kakek
hanya jalan – jalan disekitar kompleks perumahan ini,” ujar ayah.
Mereka lalu berpencar mencari kakek. Ayah ke arah
Selatan, Lodi ke arah Utara, Ruli ke arah Barat. Sementara Ibu menunggu di
rumah. Mereka berkeliling kompleks perumahan dan bertanya kepada setiap orang
yang ditemui di jalan, tapi hasilnya nihil.
Lodi dan Ruli bertemu di perempatan jalan. Mereka tampak
putus asa.
“ kira – kira kemana, ya, kakek pergi ? jangan – jangan,
beliau tersesat jauh ?” cetus Ruli yang masih kelas enam SD.
“sebelum kakek pergi dari rumah, apa beliau pernah
mengatakan sesuatu ?” tanya Lodi yang sudah kelas delapan SMP.
Ruli sejenak terdiam. Tiba – tiba, wajahnya berubah
berbinar.
“ Oh, ya, kakak ingat tidak dengan cerita kakek semalam
?”
“Cerita yang mana ?” Lodi mengerutkan alis.
“Tentang keinginan kakek mengunjungi sahabat lamanya,
tapi kakek tidak tahu alamatnya....”
Lodi tercenung. Semalam, kakek bercerita kepada mereka
ingin mengunjungi sahabat lama yang tinggal di kota ini. Tapi, kakek tidak tahu
persis alamatnya. Beliau hanya diberi petunjuk secarik kertas berisi tulisan
mirip puisi, tapi sesungguhnya adalah sebuah teka – teki atau bahasa sandi.
Kakek meminta Ruli untuk menyalinnya dan disuruh ikut memecahkan artinya.
Kakek dulunya seorang Tentara pejuang yang bertugas
sebagai telik sandi atau biasa disebut intelijen. Dalam melaksanakan tugasnya,
beliau dan rekan – rekannya sering menggunakan bahasa sandi agar tidak
diketahui musuh. Kebiasaan berbahasa sandi ini rupanya masih terbawa setelah kakek
pensiun.
“ Sekarang, dimana kertas salinan itu ?” tanya Lodi.
“Sebentar, kak. Aku baru ingat, kertas salinan bahasa
sandi itu masih ada di saku celanaku!” Ruli segera merogoh saku celananya.
Dia lalu menyodorkan kertas berisi salinan bahasa sandi
kepada kakaknya. Mereka bersama – sama membacanya. Kalimatnya berbunyi seperti
ini.
Berdiri dekat
wanita cantik yang tak pernah tidur di pusat kota
Memandang surya di atas kepala dewa
Saat kau tengok ke kanan, melintas
Rajawali gagah perkasa
Berjalanlah mengikuti arahnya dan
berhenti di bawah pohon kelapa
Tanyalah pada sang pertapa, maka kau
akan temukan aku di belakang rumahnya
“ Jangan – jangan, kakek pergi ke rumah sahabat lamanya
itu, “ Gumam Lodi usai membaca tulisan sandi.
“ Iya, tapi kita tidak tahu alamatnya, Kak?”
“Kita cari dengan jalan memecahkan bahasa sandi yang
pernah dikatakan kakek.”
“ Maksud Kakak...?”
“Kita coba pecahkan bahasa sandi dari sahabat kakek itu.
Pertama, kita cari dimana wanita cantik yang tidak pernah tidur. Nanti dari
sana, kita mulai mencari rumah sahabat kakek!” terang Lodi.
“Kayaknya sulit, deh, kak. Kita mau cari kemana wanita
cantik yang tidak pernah tidur? Ada-ada saja sahabat kakek itu.” Ruli tersenyum
kecut.
“Mungkin yang dimaksud bukan wanita sungguhan. Kamu tahu,
kan,yang namanya polisi tidur dan polisi jaga?”
Ruli mengeleng. Dia masih belum mengerti yang dikatakan
kakaknya.
“Polisi tidur itu gundukan ditengah jalan untuk
memperlambat kendaraan yang lewat dan polisi jaga itu pantung berbentuk polisi.
Aku baru ingat, ditengah kota ada sebuah patung berbentuk wanita cantik.
Patung, kan, tidak pernah tidur. Iya, enggak?”
Ruli tersenyum geli. Dia baru mengerti sekarang. Tanpa
banyak kata, mereka segera bergegas menuju tempat yang dimaksud. Sesampainya
disana, mereka kembali memecahkan bahasa sandi berikutnya.
“Kita disuruh berdiri didekat patung wanita cantik dan
memandang surya diatas kepala dewa. Kakek pergi dari rumah pada pukul sembilan
pagi, berarti matahari masih berada disebelah timur. Kita berdiri menghadap
ketimur,” ucap Lodi.
Kedua anak itu lalu berdiri di dekat patung wanita cantik
dan menghadap ke timur. Di depan mereka, tepatnya di seberang jalan, berdiri
sebuah gedung hotel bernama Mustika Dewa. Lodi tersenyum. Kini dia tahu, yang
dimaksud di atas kepala dewa tak lain adalah matahari berada tepat di atas
puncak gedung hotel berbintang lima itu.
“ Lalu, apa artinya menengok ke kanan, melintas rajawali
gagah perkasa ? di kota ini mana ada burung rajawali, Kak?” ujar Ruli bingung.
“Namanya bahasa sandi, tentu itu hanya sebuah kiasan.
Coba kamu tebak, apa yang dimaksud rajawali gagah perkasa?” Lodi malah melempar
pertanyaan kepada adiknya.
Ruli diam tercenung. Wajahnya memperlihatkan ekspresi
berpikir keras. Tangannya menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal. Hal
sama juga diperlihatkan Lodi. Remaja tanggung itu ikut berpikir keras. Tiba –
tiba, matanya menangkap sekelebat benda yang melintas di depannya. Sebuah bus!
“ Aha, aku tahu yang dimaksud rajawali gagah perkasa !”
seru Lodi berbinar.
“ Apa, Kak?”
“Rajawali gagah perkasa itu adalah nama sebuah bus. Lihat
itu busnya ! “ Lodi menunjuk ke arah bus rajawali yang baru saja melintas
Ruli memandang bus. Bibirnya menyunggingkan senyumlebar.
“benar, Kak !”
“ Saat kakek berdiri disini dan memandang matahari, aku
perkirakan sekitar jam sembilan pagi dan bus yang melintas di jalan sebelah
kanan patung wanita cantik ini adalah bus rajawali !” terang Lodi.
“Lalu, ke arah mana tujuan bus rajawali itu, Kak?”
“ Kalau pagi, biasanya ke arah selatan menuju jalan
Diponegoro. Ayo, kita telusuri jalan Diponegoro !”
Keduanya lalu menyusuri jalan. Mereka mencari pohon
kelapa sebagai tanda untuk berhenti. Tapi, sepanjang jalan Diponegoro mereka
tidak menemukan pohon kelapa. Ada juga deretan pohon Palem yang mirip kelapa,
tapi jumlahnya banyak.
“ Mungkin yang dimaksud pohon kelapa itu hanya sebuah
kiasan, istilah, atau nama ..... “ Lodi tak meneruskan kalimatnya, tiba-tiba
wajahnya berubah berbinar.
Dia langsung menyeret tangan adiknya. Rully bingung dengan tindakan kakaknya. Tapi,
akhirnya dia tahu apa yang dimaksud kakaknya. Mereka telah sampai di dekat
papan reklame LED di ujung jalan yang menampilkan gambar pohon kelapa. Ruli
memuji kakaknya yang cerdik.
“ Kita sudah sampai di bawah gambar pohon
kelapa.sekarang, tinggal bertanya kepada sang pertapa. Siapa itu sang pertapa?
“cetus Ruli.
Sejenak,
Lodi termenung. Dia memeras otak. Matanya memandang ke sekeliling sambil
memegang dagu. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dihadapannya tampak sebuah
bangunan masjid.
“ Aku tahu siapa yang dimaksdu pertapa. Dia adalah orang
yang menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tempat untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan atau berdoa tidak lain adalah masjid. Nah, dibelakang Masjid yang
dijadikan rumah sang pertapa terdapat rumah sahabat kakek. Ayo, kita kesana!
“ujar Lodi bersemangat.
Keduanya menyeberang jalan dan memasuki kawasan pemukiman
yang ada di belakang bangunan Masjid. Mereka menyusuri sebuah jalan aspal kecil.
Mereka menengok kiri kanan berharap menemukan sosok kakek. Benar saja.
Diberanda rumah no. 10, mereka mendapati kakek sedang berbincang-bincang dengan
seorang laki-laki seumur.
Mereka
segera menghampiri seraya berseru memanggil nama kakek. Kakek tampat terkejut
melihat kedatangan cucu-cucunya.
“ Wah! Bagaimana kalian tahu kakek ada disini? “tanya
kakek heran.
“Siapa dulu? cucu pejuang telik sandi mesti pintar
memecahkan bahasa sandi, dong!” sahut Ruli sambil menepuk dada.
Kakek dan sahabatnya malah tertawa terkekeh kekeh
“Cucu mu benar-benar pintardan hebat!”. Puji sahabat
kakek.
Lodi dan Ruli tersenyum bangga.
###
Sumber : Buku cerita anak “ Hantu
Siul ” oleh Asam Kecut, dkk, cetakan I peberbit DAR! Mizan.
1) Tokoh
dan Penokohan
Tokoh
merupakan individu rekaan yang mengalami
peristiwa dalam cerita. Sedangkan Penokohan merupakan
penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Dalam cerita ini tokoh Lodi berperan sebagai tokoh utama yang
menjalankan jalannya cerita, atau dapatdikatakan bahwa tokoh Lodi adalah tokoh
sentral dalam cerita ini. Sedangkan tokoh – tokoh lain, seperti Ruli, kakek,
Ibu dan Ayah merupakan tokoh periferal atau tokoh tambahan, yang perannya
adalah membantu peran tokoh utama atau tokoh sentral. Secara keseluruhan tokoh
– tokoh yang terdapat dalam cerita ini termasuk dalam kategori tokoh rekaan,
jadi tokoh yang ada dalam cerita hanya imajinasi dari pengarang saja. Selain
itu, tokoh – tokoh dalam cerita ini juga dapat dikategorikan dalam tokoh yang
berkarakter datar dan statis. Jadi, karakterdari setiap tokohnnya tidak
mengalami perubahan. Lebih sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Selain,
berkarakter datar dan statis, tokoh – tokoh dalam cerita ini tidak ada yang
berkarakter antagonis. Semua digambarkan dengan karakter yang baik saja. Jadi,
karakter hitam dan putih sulit untuk dibedakan atau bahkan tidak dapat
dibedakan karena tidak ada karakter hitam dalam cerita ini. Keburukan karakter
dalam cerita ini hanya berkisar pada karakter putus asa, dan tidak sabar dari
salah satu karakter saja. Keburukan karakter tersebut dapat menjadi pesan untuk
anak – anak bahwa tidak boleh putus asa dan tidak sabar. Sedangkan untuk
karakter baiknya tentu saja digambarkan oleh tokoh utama, yaitu Lodiyang
memiliki watak yang cerdas dan pemberani. Hal tersebut juga dapat dijadikan
sebagai ajaran moral untuk anak – anak.
Dalam
cerita detektif ini, tokoh dan penohohannya adalah sebagai berikut :
No
|
Tokoh
|
Penokohan
|
1.
|
Ayah
|
(1) Penyabar
( tidak terburu – buru )
Ayah digambarkan
dalam cerita ini memiliki watak yang sabar atau tidak terburu – buru dalam
mengambil keputusan. Hal tersebut dapat dilihat ketika Ayah menolak untuk
melaporkan hilangnya Kakek ke polisi.
Bukti
·
“ Jangan ! sebaiknya, kita cari
dulu. Mungkin, kakek hanya jalan – jalan disekitar kompleks perumahan ini,”
ujar ayah.
|
2.
|
Ruli
|
(1) Kurang
sabar ( Terburu – buru )
Ruli digambarkan
dalam cerita ini memiliki watak yang kadang kurang sabar, dan memutuskan
segala sesuatu tanpa dipikir secara matang terlebih dahulu. Hal tersebut
tergambar ketika Ruli mengusulkan untuk segera melaporkan ke polisi atas
hilangnya kakek. Ketidak sabaran ini secara eksplisit dapat dilogika bahwa
Ruli masih duduk di kelas enam SD.
Bukti
·
“ Kita lapor polisi saja ?” Usul
Ruli.
(2) Mudah
putus asa
Karakter Ruli juga
terkadang digambarkan memiliki watak yang sedikit putus asa. Hal tersebut
terlihat ketika Ruli tidak merasa yakin bahwa ia dan kakaknya dapat
memecahkan bahasa sandi yang diberikan kakeknya padanya itu. Sama seperti
watak yang kurang sabar, watak ini juga secara logika dapat dikategorikan
karena Ruli yang baru duduk di kelas enam SD.
Bukti
·
“Kayaknya sulit, deh, kak. Kita
mau cari kemana wanita cantik yang tidak pernah tidur? Ada-ada saja sahabat
kakek itu.” Ruli tersenyum kecut.
·
Lodi dan Ruli bertemu di
perempatan jalan. Mereka tampak putus asa.
(3) Pemberani
Meskipun memiliki
karakter yang mudah putus asa dan pemberani, sebenarnya Ruli memiliki watak
yang pemberani. Hal tersebut digambarkan ketika Ruli dengan beraninya bersama
dengan kakaknya mencari kakeknya dengan acuan bahasa sandi.
|
3.
|
Lodi
|
(1) Cerdas
Karakter atau watak
yang paling menonjol dari Lodi adalah kecerdasannya dalam memecahkan bahasa
sandi Kakek, serta memiliki inisiatif yang tinggi dalam mencari kakeknya.
Bukti
·
“ Jangan – jangan, kakek pergi ke
rumah sahabat lamanya itu, “ Gumam Lodi usai membaca tulisan sandi.
·
“Polisi tidur itu gundukan
ditengah jalan untuk memperlambat kendaraan yang lewat dan polisi jaga itu
pantung berbentuk polisi. Aku baru ingat, ditengah kota ada sebuah patung
berbentuk wanita cantik. Patung, kan, tidak pernah tidur. Iya, enggak?”
·
“Kita disuruh berdiri didekat
patung wanita cantik dan memandang surya diatas kepala dewa. Kakek pergi dari
rumah pada pukul sembilan pagi, berarti matahari masih berada disebelah
timur. Kita berdiri menghadap ketimur,” ucap Lodi.
·
“Rajawali gagah perkasa itu
adalah nama sebuah bus. Lihat itu busnya ! “ Lodi menunjuk ke arah bus
rajawali yang baru saja melintas
·
“ Aku tahu siapa yang dimaksdu
pertapa. Dia adalah orang yang menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau berdoa tidak lain adalah
masjid. Nah, dibelakang Masjid yang dijadikan rumah sang pertapa terdapat
rumah sahabat kakek. Ayo, kita kesana! “ujar Lodi bersemangat.
(2) Pemberani
Watak pemberani yang
dimiliki oleh Lodi sudah pasti dapat tergambar dengan jelas dalam cerita ini.
Keberanian Lodi dalam mencari kakek, secara eksplisit dikarenakan usia Lodi
yang sudah menginjak kelas delapan SMP.
|
4.
|
Kakek
|
(1) Cerdas
Kakek digambarkan
dalam cerita ini memiliki watak yang cerdas. Hal tersebut jelas terlihat dari
bahasa sandi yang diberikan oleh kakek. Dalam bahasa sandi tersebut dapat
dilihat bahwa Kakek memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mengungkapkan
keberadaannya dengan bahasa sandi yang diberikannya kepada kedua cucunya.
|
2)
Alur
Alur merupakan jalinan peristiwa
secara beruntun dalam sebuah prosa yang memperhatikan hubungan sebab akibat
sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat dan utuh. Dalam
cerita detektif berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “ menggunakan alur maju. Hal
tersebut dikarenakan dalam setiap peristiwanya selalu bergerak maju sesuai
dengan perputaran waktu. Konflik yang terjadi dalam cerita ini adalah konflik
sederhana terhadap diri sendiri, yaitu konflik yang dialami tokoh sendiri tanpa
melibatkan orang lain. Jadi, terdapat pertentangan dalam diri tokoh. Dalam
cerita ini, pertentangan tersebut berupa usaha untuk memecahkan masalah dalam
menemukan Kakek. Usaha tersebut berupa memecahkan bahasa sandi yang diberikan
oleh Kakek. Dalam usaha pemecahan bahasa sandi tersebut, tokoh yang ada di
dalam cerita menghadapi sebuah pertentangan dalam dirinya. Tahap – tahap dalam
cerita detektif berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “adalah sebagai berikut :
(1) Tahap
Awal
Tahap awal berisi
sejumlah informasi penting sehubungan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan.
Dalam cerita ini, tahap awal berupa tahap pengenalan tentang para tokoh yang
terlibat serta pengenalan terhadap peristiwa yang terjadi. Pertama diceritakan
bahwa terdapat sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua anak
bernama Rulidan Lodi. Ruli masih duduk di kelas enam SD, sedangkan Lodi sudah
menginjak kelas 8 SMP. Keluarga tersebut dikunjungi oleh Kakek yang baru saja
datang dari desa, dan saat ini sedang menghilang dari rumah mereka.
(2) Tahap
Tengah
Tahap tengah berisi
tentang peningkatan konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap awal. Dalam
tahap ini, berupa klimaks dari konflik yang telah muncul. Konflik dan klimaks
yang dimunculkan dalam cerita detektif ini tidak begitu kompleks. Konflik
muncul diawali dengan pencarian Lodi dan Ruli terhadap kakek yang hilang. Dalam
usaha pencarian tersebut, mereka mengandalakan bahasa sandi yang diberikan oleh
Kakek pada malam sebelumnya. Bahasa sandi tersebut merupakan acuan untuk mereka
mencari kakek mereka. Dalam pencarian tersebut, mereka cukup mengalami
kesulitan. Klimaks yang timbul dalam cerita detektif ini tdak begitu terlihat
atau ditonjolkan. Akan tetapi klimaks tetap saja muncul, yaitu ketika Ruli dan
Lodi mengalami kesulitan dalam pencariannyaterhadap kakek, yaitu saat mereka
harus memecahkan bahasa sandi yang terakhir, yaitu rajawali yang gagah perkasa
dan seorang pertapa.
(3) Tahap
Akhir
Tahap akhir berisi
tentang akibat dari klimaks atau menunjukkan penyelesaiannya. Dalam tahap ini,
terlihat penyelesaian dari para tokoh terhadap jalannya cerita untuk
menyelesaikan klimaks yang ada dalam cerita. Akhirnya Lodi dan Ruli pun
menemukan Kakek di rumah sahabatnya dengan mengacu pada petunjuk bahasa sandi
yang diberikan Kakeknya itu. Keberhasilan mereka pun mendapat pujian dari Kakek
dan sahabat Kakek. Ruli dan Lodi pun tersenyum bangga.
3)
Tema
Tema
merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita, atau dapat dikatakan
sebagai gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari sebuah cerita rekaan.Tema
dalam cerita anak berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “ ini adalah Perjuangan. Tema
ini dapat ditemukan dari karakter serta alur yang terdapat dalam cerita ini. Cerita
ini dapat bertemakan perjuangan karena di dalam cerita, para tokohnya sedang
berjuang untuk memecahakan bahasa sandi dalam mencari kakek. Terdapat dua
perjuangan yang menonjol dalam cerita anak ini, yaitu perjuangan dalam
menemukan kakek dan perjuangan dalam memecahkan bahasa sandi yang diberikan
oleh kakek. Tokoh yang berperan penting dalam cerita anak ini adalah tokoh Lodi
yang cerdas dan selalu bersemangat dalam mencari kakek. Secara keseluruhan,
tema ini dapat menjadi ajaran moral untuk anak – anak, bahwa tidak boleh putus
asa dan selalu berjuang.
4) Moral
Moral
merupakan ajaran yang secara eksplisit tergambar di dalam cerita. Nilai
moralyang digambarkan dalam cerita anak detektif ini adalah bahwa anak – anak
diajarkan untuk harus selalu berusaha dan berani dalam memecahkan suatu
masalah. Sebagai seorang anak, tidak boleh mudah untuk putus asa. Dalam cerita
ini diajarkan bahwa jika berusaha dengan keras maka akan menuai hasil yang
memuaskan. Jadi, anak – anak dilarang untuk berputus asa dan bermalas –
malasan.
5)
Latar
Latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa dalam cerita. Secara
keseluruhan dalam cerita ini tidak memiliki latar fungsional. Namun hanya
memiliki latar netral, yaitu latar yang hanya memiliki sifat – sifat umum saja.
Latar dalam cerita anak “ Memecahakan Bahasa Sandi “ ini adalah sebagai berikut
:
(1)
Latar tempat
·
Rumah
Sementara
Ibu menunggu di rumah
·
Perempatan Jalan
Lodi
dan Ruli bertemu di perempatan jalan
·
Jalan Diponegoro
Tapi,
sepanjang jalan Diponegoro mereka tidak menemukan pohon kelapa
·
Kawasan Pemukiman yangterdapat di
belakang Masjid ( Jalan aspal kecil )
Keduanya
menyeberang jalan dan memasuki kawasan pemukiman yang ada di belakang bangunan
Masjid. Mereka menyusuri sebuah jalan aspal kecil.
·
Di beranda rumah nomor 10
Diberanda
rumah no. 10, mereka mendapati kakek sedang berbincang-bincang dengan seorang
laki-laki seumur.
(2) Latar
Waktu
Latar waktu dalam cerita ini, digambarkan sekitar
lebih dari pukul sembilan pagi.
·
“Kita
disuruh berdiri didekat patung wanita cantik dan memandang surya diatas kepala
dewa. Kakek pergi dari rumah pada pukul sembilan pagi, berarti matahari masih
berada disebelah timur. Kita berdiri menghadap ketimur,” ucap Lodi.
(3) Latar
Sosial Budaya
Dalam cerita ini digambarakan bahwa para tokohnya
berada di lingkungan perkotaan yang padat dengan lalu lintas. Selain itu,
adanya sebuah masjid dalam cerita ini, menggambarkan bahwa lingkungan budaya
masyarakat di cerita ini adalah religius yang cenderung memeluk agama islam.
·
Kedua
anak itu lalu berdiri di dekat patung wanita cantik dan menghadap ke timur. Di
depan mereka, tepatnya di seberang jalan, berdiri sebuah gedung hotel bernama
Mustika Dewa.
·
“Rajawali
gagah perkasa itu adalah nama sebuah bus. Lihat itu busnya ! “ Lodi menunjuk ke
arah bus rajawali yang baru saja melintas
·
Mereka
telah sampai di dekat papan reklame LED di ujung jalan yang menampilkan gambar
pohon kelapa.
·
Keduanya
menyeberang jalan dan memasuki kawasan pemukiman yang ada di belakang bangunan
Masjid.
6) Stile
( gaya bahasa )
Stile atau gaya bahasa merupakan cara pengungkapan
seorang pengarang yang khas. Bahasa yang digunakan dalam cerita anak berjudul “
Memecahkan Bahasa Sandi “ ini menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga dapat
dengan mudah dipahami oleh anak –anak. Dari segi bahasa, cerita ini cocok
ditujukan untuk anak – anak berusia 10 – 12 tahun.
7) Sudut
Pandang
Sudut pandang merupakan cara
memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang
dalam cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga terbatas. Hal tersebut dapat
dilihat dari cara pengarang ( pencerita ) untuk menyebut tokoh yaitu
menggunakan sebutan “dia” atau langsung menyebut nama tokoh – tokohnya deperti
kutipan cerita berikut ini Lodi
tercenung. Semalam, kakek bercerita kepada mereka ingin mengunjungi
sahabat lama yang tinggal di kota ini. Tapi, kakek tidak tahu persis
alamatnya. Beliau hanya diberi petunjuk secarik kertas berisi tulisan mirip
puisi, tapi sesungguhnya adalah sebuah teka – teki atau bahasa sandi. Kakek
meminta Ruli untuk menyalinnya dan disuruh ikut memecahkan artinya.
Keterbatasan sudut pandang orang ketiga ini dapat dilihat dari cara bercerita
pengarang yang hanya memfokuskan pada tokoh tertentu saja, yaitu pada tokoh
Lodi dan Ruli saja.
8) Judul
Judul merupakan penanda atau isyarat
mengenai masalah yang akan diungkapkan pengarang. Cerita anak ini memiliki
judul “Memecahkan Bahasa Sandi “. Juduldalam cerita ini sangatlah cocok dengan
cerita yang ada di dalamnya, yaitu tentang Ruli dan Lodi yang berusaha untuk
memecahkan bahasa sandi kakek. Sehingga mereka dapat menemukan Kakek mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar