Pages

Minggu, 11 Maret 2018

Analisis Unsur Intrinsik Cerpen "Memecahkan Bahasa Sandi"


Memecahkan Bahasa Sandi

            Kakek hilang atau tepatnya pergi dari rumah. Seluruh anggota keluarga menjadi panik. Ibu menangis sedih. Ayah kebingungan. Lodi dan Ruli, kakak beradik, juga ikut cemas. Kakek belum hafal jalanan karena baru tiba dari desa.
            “Jangan – jangan, kakek kembali ke desa?”Lodi menduga.
            “ Tidak mungkin. Kakek, kan, baru tiba kemarin,” Tukas ibu.
            “ Kita lapor polisi saja ?” Usul Ruli.
            “ Jangan ! sebaiknya, kita cari dulu. Mungkin, kakek hanya jalan – jalan disekitar kompleks perumahan ini,” ujar ayah.

            Mereka lalu berpencar mencari kakek. Ayah ke arah Selatan, Lodi ke arah Utara, Ruli ke arah Barat. Sementara Ibu menunggu di rumah. Mereka berkeliling kompleks perumahan dan bertanya kepada setiap orang yang ditemui di jalan, tapi hasilnya nihil.
            Lodi dan Ruli bertemu di perempatan jalan. Mereka tampak putus asa.
            “ kira – kira kemana, ya, kakek pergi ? jangan – jangan, beliau tersesat jauh ?” cetus Ruli yang masih kelas enam SD.
            “sebelum kakek pergi dari rumah, apa beliau pernah mengatakan sesuatu ?” tanya Lodi yang sudah kelas delapan SMP.
            Ruli sejenak terdiam. Tiba – tiba, wajahnya berubah berbinar.
            “ Oh, ya, kakak ingat tidak dengan cerita kakek semalam ?”
            “Cerita yang mana ?” Lodi mengerutkan alis.
            “Tentang keinginan kakek mengunjungi sahabat lamanya, tapi kakek tidak tahu alamatnya....”
            Lodi tercenung. Semalam, kakek bercerita kepada mereka ingin mengunjungi sahabat lama yang tinggal di kota ini. Tapi, kakek tidak tahu persis alamatnya. Beliau hanya diberi petunjuk secarik kertas berisi tulisan mirip puisi, tapi sesungguhnya adalah sebuah teka – teki atau bahasa sandi. Kakek meminta Ruli untuk menyalinnya dan disuruh ikut memecahkan artinya.
            Kakek dulunya seorang Tentara pejuang yang bertugas sebagai telik sandi atau biasa disebut intelijen. Dalam melaksanakan tugasnya, beliau dan rekan – rekannya sering menggunakan bahasa sandi agar tidak diketahui musuh. Kebiasaan berbahasa sandi ini rupanya masih terbawa setelah kakek pensiun.
            “ Sekarang, dimana kertas salinan itu ?” tanya Lodi.
            “Sebentar, kak. Aku baru ingat, kertas salinan bahasa sandi itu masih ada di saku celanaku!” Ruli segera merogoh saku celananya.
            Dia lalu menyodorkan kertas berisi salinan bahasa sandi kepada kakaknya. Mereka bersama – sama membacanya. Kalimatnya berbunyi seperti ini.
            Berdiri dekat wanita cantik yang tak pernah tidur di pusat kota
            Memandang surya di atas kepala dewa
            Saat kau tengok ke kanan, melintas Rajawali gagah perkasa
            Berjalanlah mengikuti arahnya dan berhenti di bawah pohon kelapa
            Tanyalah pada sang pertapa, maka kau akan temukan aku di belakang rumahnya
            “ Jangan – jangan, kakek pergi ke rumah sahabat lamanya itu, “ Gumam Lodi usai membaca tulisan sandi.
            “ Iya, tapi kita tidak tahu alamatnya, Kak?”
            “Kita cari dengan jalan memecahkan bahasa sandi yang pernah dikatakan kakek.”
            “ Maksud Kakak...?”
            “Kita coba pecahkan bahasa sandi dari sahabat kakek itu. Pertama, kita cari dimana wanita cantik yang tidak pernah tidur. Nanti dari sana, kita mulai mencari rumah sahabat kakek!” terang Lodi.
            “Kayaknya sulit, deh, kak. Kita mau cari kemana wanita cantik yang tidak pernah tidur? Ada-ada saja sahabat kakek itu.” Ruli tersenyum kecut.
            “Mungkin yang dimaksud bukan wanita sungguhan. Kamu tahu, kan,yang namanya polisi tidur dan polisi jaga?”
            Ruli mengeleng. Dia masih belum mengerti yang dikatakan kakaknya.
            “Polisi tidur itu gundukan ditengah jalan untuk memperlambat kendaraan yang lewat dan polisi jaga itu pantung berbentuk polisi. Aku baru ingat, ditengah kota ada sebuah patung berbentuk wanita cantik. Patung, kan, tidak pernah tidur. Iya, enggak?”
            Ruli tersenyum geli. Dia baru mengerti sekarang. Tanpa banyak kata, mereka segera bergegas menuju tempat yang dimaksud. Sesampainya disana, mereka kembali memecahkan bahasa sandi berikutnya.
            “Kita disuruh berdiri didekat patung wanita cantik dan memandang surya diatas kepala dewa. Kakek pergi dari rumah pada pukul sembilan pagi, berarti matahari masih berada disebelah timur. Kita berdiri menghadap ketimur,” ucap Lodi.
            Kedua anak itu lalu berdiri di dekat patung wanita cantik dan menghadap ke timur. Di depan mereka, tepatnya di seberang jalan, berdiri sebuah gedung hotel bernama Mustika Dewa. Lodi tersenyum. Kini dia tahu, yang dimaksud di atas kepala dewa tak lain adalah matahari berada tepat di atas puncak gedung hotel berbintang lima itu.
            “ Lalu, apa artinya menengok ke kanan, melintas rajawali gagah perkasa ? di kota ini mana ada burung rajawali, Kak?” ujar Ruli bingung.
            “Namanya bahasa sandi, tentu itu hanya sebuah kiasan. Coba kamu tebak, apa yang dimaksud rajawali gagah perkasa?” Lodi malah melempar pertanyaan kepada adiknya.
            Ruli diam tercenung. Wajahnya memperlihatkan ekspresi berpikir keras. Tangannya menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal. Hal sama juga diperlihatkan Lodi. Remaja tanggung itu ikut berpikir keras. Tiba – tiba, matanya menangkap sekelebat benda yang melintas di depannya. Sebuah bus!
            “ Aha, aku tahu yang dimaksud rajawali gagah perkasa !” seru Lodi berbinar.
            “ Apa, Kak?”
            “Rajawali gagah perkasa itu adalah nama sebuah bus. Lihat itu busnya ! “ Lodi menunjuk ke arah bus rajawali yang baru saja melintas
            Ruli memandang bus. Bibirnya menyunggingkan senyumlebar. “benar, Kak !”
            “ Saat kakek berdiri disini dan memandang matahari, aku perkirakan sekitar jam sembilan pagi dan bus yang melintas di jalan sebelah kanan patung wanita cantik ini adalah bus rajawali !” terang Lodi.
            “Lalu, ke arah mana tujuan bus rajawali itu, Kak?”
            “ Kalau pagi, biasanya ke arah selatan menuju jalan Diponegoro. Ayo, kita telusuri jalan Diponegoro !”
            Keduanya lalu menyusuri jalan. Mereka mencari pohon kelapa sebagai tanda untuk berhenti. Tapi, sepanjang jalan Diponegoro mereka tidak menemukan pohon kelapa. Ada juga deretan pohon Palem yang mirip kelapa, tapi jumlahnya banyak.
            “ Mungkin yang dimaksud pohon kelapa itu hanya sebuah kiasan, istilah, atau nama ..... “ Lodi tak meneruskan kalimatnya, tiba-tiba wajahnya berubah berbinar.
            Dia langsung menyeret tangan adiknya.  Rully bingung dengan tindakan kakaknya. Tapi, akhirnya dia tahu apa yang dimaksud kakaknya. Mereka telah sampai di dekat papan reklame LED di ujung jalan yang menampilkan gambar pohon kelapa. Ruli memuji kakaknya yang cerdik.
            “ Kita sudah sampai di bawah gambar pohon kelapa.sekarang, tinggal bertanya kepada sang pertapa. Siapa itu sang pertapa? “cetus Ruli.
Sejenak, Lodi termenung. Dia memeras otak. Matanya memandang ke sekeliling sambil memegang dagu. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dihadapannya tampak sebuah bangunan masjid.
            “ Aku tahu siapa yang dimaksdu pertapa. Dia adalah orang yang menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau berdoa tidak lain adalah masjid. Nah, dibelakang Masjid yang dijadikan rumah sang pertapa terdapat rumah sahabat kakek. Ayo, kita kesana! “ujar Lodi bersemangat.
            Keduanya menyeberang jalan dan memasuki kawasan pemukiman yang ada di belakang bangunan Masjid. Mereka menyusuri sebuah jalan aspal kecil. Mereka menengok kiri kanan berharap menemukan sosok kakek. Benar saja. Diberanda rumah no. 10, mereka mendapati kakek sedang berbincang-bincang dengan seorang laki-laki seumur.
Mereka segera menghampiri seraya berseru memanggil nama kakek. Kakek tampat terkejut melihat kedatangan cucu-cucunya.
            “ Wah! Bagaimana kalian tahu kakek ada disini? “tanya kakek heran.
            “Siapa dulu? cucu pejuang telik sandi mesti pintar memecahkan bahasa sandi, dong!” sahut Ruli sambil menepuk dada.
            Kakek dan sahabatnya malah tertawa terkekeh kekeh
            “Cucu mu benar-benar pintardan hebat!”. Puji sahabat kakek.
            Lodi dan Ruli tersenyum bangga.
###
Sumber : Buku cerita anak “ Hantu Siul ” oleh Asam Kecut, dkk, cetakan I peberbit DAR! Mizan.


 Unsur Intrinsik
1)      Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita. Sedangkan Penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Dalam cerita ini tokoh Lodi berperan sebagai tokoh utama yang menjalankan jalannya cerita, atau dapatdikatakan bahwa tokoh Lodi adalah tokoh sentral dalam cerita ini. Sedangkan tokoh – tokoh lain, seperti Ruli, kakek, Ibu dan Ayah merupakan tokoh periferal atau tokoh tambahan, yang perannya adalah membantu peran tokoh utama atau tokoh sentral. Secara keseluruhan tokoh – tokoh yang terdapat dalam cerita ini termasuk dalam kategori tokoh rekaan, jadi tokoh yang ada dalam cerita hanya imajinasi dari pengarang saja. Selain itu, tokoh – tokoh dalam cerita ini juga dapat dikategorikan dalam tokoh yang berkarakter datar dan statis. Jadi, karakterdari setiap tokohnnya tidak mengalami perubahan. Lebih sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Selain, berkarakter datar dan statis, tokoh – tokoh dalam cerita ini tidak ada yang berkarakter antagonis. Semua digambarkan dengan karakter yang baik saja. Jadi, karakter hitam dan putih sulit untuk dibedakan atau bahkan tidak dapat dibedakan karena tidak ada karakter hitam dalam cerita ini. Keburukan karakter dalam cerita ini hanya berkisar pada karakter putus asa, dan tidak sabar dari salah satu karakter saja. Keburukan karakter tersebut dapat menjadi pesan untuk anak – anak bahwa tidak boleh putus asa dan tidak sabar. Sedangkan untuk karakter baiknya tentu saja digambarkan oleh tokoh utama, yaitu Lodiyang memiliki watak yang cerdas dan pemberani. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai ajaran moral untuk anak – anak.
Dalam cerita detektif ini, tokoh dan penohohannya adalah sebagai berikut :
No
Tokoh
Penokohan
1.
Ayah
(1)   Penyabar ( tidak terburu – buru )
Ayah digambarkan dalam cerita ini memiliki watak yang sabar atau tidak terburu – buru dalam mengambil keputusan. Hal tersebut dapat dilihat ketika Ayah menolak untuk melaporkan hilangnya Kakek ke polisi.
Bukti
·         “ Jangan ! sebaiknya, kita cari dulu. Mungkin, kakek hanya jalan – jalan disekitar kompleks perumahan ini,” ujar ayah.
2.
Ruli
(1)   Kurang sabar ( Terburu – buru )
Ruli digambarkan dalam cerita ini memiliki watak yang kadang kurang sabar, dan memutuskan segala sesuatu tanpa dipikir secara matang terlebih dahulu. Hal tersebut tergambar ketika Ruli mengusulkan untuk segera melaporkan ke polisi atas hilangnya kakek. Ketidak sabaran ini secara eksplisit dapat dilogika bahwa Ruli masih duduk di kelas enam SD.
Bukti
·         “ Kita lapor polisi saja ?” Usul Ruli.
(2)   Mudah putus asa
Karakter Ruli juga terkadang digambarkan memiliki watak yang sedikit putus asa. Hal tersebut terlihat ketika Ruli tidak merasa yakin bahwa ia dan kakaknya dapat memecahkan bahasa sandi yang diberikan kakeknya padanya itu. Sama seperti watak yang kurang sabar, watak ini juga secara logika dapat dikategorikan karena Ruli yang baru duduk di kelas enam SD.
Bukti
·         “Kayaknya sulit, deh, kak. Kita mau cari kemana wanita cantik yang tidak pernah tidur? Ada-ada saja sahabat kakek itu.” Ruli tersenyum kecut.
·         Lodi dan Ruli bertemu di perempatan jalan. Mereka tampak putus asa.
(3)   Pemberani
Meskipun memiliki karakter yang mudah putus asa dan pemberani, sebenarnya Ruli memiliki watak yang pemberani. Hal tersebut digambarkan ketika Ruli dengan beraninya bersama dengan kakaknya mencari kakeknya dengan acuan bahasa sandi. 
3.
Lodi
(1)   Cerdas
Karakter atau watak yang paling menonjol dari Lodi adalah kecerdasannya dalam memecahkan bahasa sandi Kakek, serta memiliki inisiatif yang tinggi dalam mencari kakeknya.
Bukti
·         “ Jangan – jangan, kakek pergi ke rumah sahabat lamanya itu, “ Gumam Lodi usai membaca tulisan sandi.
·         “Polisi tidur itu gundukan ditengah jalan untuk memperlambat kendaraan yang lewat dan polisi jaga itu pantung berbentuk polisi. Aku baru ingat, ditengah kota ada sebuah patung berbentuk wanita cantik. Patung, kan, tidak pernah tidur. Iya, enggak?”
·         “Kita disuruh berdiri didekat patung wanita cantik dan memandang surya diatas kepala dewa. Kakek pergi dari rumah pada pukul sembilan pagi, berarti matahari masih berada disebelah timur. Kita berdiri menghadap ketimur,” ucap Lodi.
·         “Rajawali gagah perkasa itu adalah nama sebuah bus. Lihat itu busnya ! “ Lodi menunjuk ke arah bus rajawali yang baru saja melintas
·         “ Aku tahu siapa yang dimaksdu pertapa. Dia adalah orang yang menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau berdoa tidak lain adalah masjid. Nah, dibelakang Masjid yang dijadikan rumah sang pertapa terdapat rumah sahabat kakek. Ayo, kita kesana! “ujar Lodi bersemangat.
(2)   Pemberani
Watak pemberani yang dimiliki oleh Lodi sudah pasti dapat tergambar dengan jelas dalam cerita ini. Keberanian Lodi dalam mencari kakek, secara eksplisit dikarenakan usia Lodi yang sudah menginjak kelas delapan SMP.
4.
Kakek
(1)   Cerdas
Kakek digambarkan dalam cerita ini memiliki watak yang cerdas. Hal tersebut jelas terlihat dari bahasa sandi yang diberikan oleh kakek. Dalam bahasa sandi tersebut dapat dilihat bahwa Kakek memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mengungkapkan keberadaannya dengan bahasa sandi yang diberikannya kepada kedua cucunya.

2)      Alur
Alur merupakan jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat dan utuh. Dalam cerita detektif berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “ menggunakan alur maju. Hal tersebut dikarenakan dalam setiap peristiwanya selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu. Konflik yang terjadi dalam cerita ini adalah konflik sederhana terhadap diri sendiri, yaitu konflik yang dialami tokoh sendiri tanpa melibatkan orang lain. Jadi, terdapat pertentangan dalam diri tokoh. Dalam cerita ini, pertentangan tersebut berupa usaha untuk memecahkan masalah dalam menemukan Kakek. Usaha tersebut berupa memecahkan bahasa sandi yang diberikan oleh Kakek. Dalam usaha pemecahan bahasa sandi tersebut, tokoh yang ada di dalam cerita menghadapi sebuah pertentangan dalam dirinya. Tahap – tahap dalam cerita detektif berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “adalah sebagai berikut :
(1)   Tahap Awal
Tahap awal berisi sejumlah informasi penting sehubungan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan. Dalam cerita ini, tahap awal berupa tahap pengenalan tentang para tokoh yang terlibat serta pengenalan terhadap peristiwa yang terjadi. Pertama diceritakan bahwa terdapat sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua anak bernama Rulidan Lodi. Ruli masih duduk di kelas enam SD, sedangkan Lodi sudah menginjak kelas 8 SMP. Keluarga tersebut dikunjungi oleh Kakek yang baru saja datang dari desa, dan saat ini sedang menghilang dari rumah mereka.
(2)   Tahap Tengah
Tahap tengah berisi tentang peningkatan konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap awal. Dalam tahap ini, berupa klimaks dari konflik yang telah muncul. Konflik dan klimaks yang dimunculkan dalam cerita detektif ini tidak begitu kompleks. Konflik muncul diawali dengan pencarian Lodi dan Ruli terhadap kakek yang hilang. Dalam usaha pencarian tersebut, mereka mengandalakan bahasa sandi yang diberikan oleh Kakek pada malam sebelumnya. Bahasa sandi tersebut merupakan acuan untuk mereka mencari kakek mereka. Dalam pencarian tersebut, mereka cukup mengalami kesulitan. Klimaks yang timbul dalam cerita detektif ini tdak begitu terlihat atau ditonjolkan. Akan tetapi klimaks tetap saja muncul, yaitu ketika Ruli dan Lodi mengalami kesulitan dalam pencariannyaterhadap kakek, yaitu saat mereka harus memecahkan bahasa sandi yang terakhir, yaitu rajawali yang gagah perkasa dan seorang pertapa.
(3)   Tahap Akhir
Tahap akhir berisi tentang akibat dari klimaks atau menunjukkan penyelesaiannya. Dalam tahap ini, terlihat penyelesaian dari para tokoh terhadap jalannya cerita untuk menyelesaikan klimaks yang ada dalam cerita. Akhirnya Lodi dan Ruli pun menemukan Kakek di rumah sahabatnya dengan mengacu pada petunjuk bahasa sandi yang diberikan Kakeknya itu. Keberhasilan mereka pun mendapat pujian dari Kakek dan sahabat Kakek. Ruli dan Lodi pun tersenyum bangga.

3)      Tema
Tema merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita, atau dapat dikatakan sebagai gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari sebuah cerita rekaan.Tema dalam cerita anak berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “ ini adalah Perjuangan. Tema ini dapat ditemukan dari karakter serta alur yang terdapat dalam cerita ini. Cerita ini dapat bertemakan perjuangan karena di dalam cerita, para tokohnya sedang berjuang untuk memecahakan bahasa sandi dalam mencari kakek. Terdapat dua perjuangan yang menonjol dalam cerita anak ini, yaitu perjuangan dalam menemukan kakek dan perjuangan dalam memecahkan bahasa sandi yang diberikan oleh kakek. Tokoh yang berperan penting dalam cerita anak ini adalah tokoh Lodi yang cerdas dan selalu bersemangat dalam mencari kakek. Secara keseluruhan, tema ini dapat menjadi ajaran moral untuk anak – anak, bahwa tidak boleh putus asa dan selalu berjuang.

4)      Moral
Moral merupakan ajaran yang secara eksplisit tergambar di dalam cerita. Nilai moralyang digambarkan dalam cerita anak detektif ini adalah bahwa anak – anak diajarkan untuk harus selalu berusaha dan berani dalam memecahkan suatu masalah. Sebagai seorang anak, tidak boleh mudah untuk putus asa. Dalam cerita ini diajarkan bahwa jika berusaha dengan keras maka akan menuai hasil yang memuaskan. Jadi, anak – anak dilarang untuk berputus asa dan bermalas – malasan.

5)      Latar
Latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa dalam cerita. Secara keseluruhan dalam cerita ini tidak memiliki latar fungsional. Namun hanya memiliki latar netral, yaitu latar yang hanya memiliki sifat – sifat umum saja. Latar dalam cerita anak “ Memecahakan Bahasa Sandi “ ini adalah sebagai berikut :
(1)   Latar tempat
·         Rumah
Sementara Ibu menunggu di rumah
·         Perempatan Jalan
Lodi dan Ruli bertemu di perempatan jalan
·         Jalan Diponegoro
Tapi, sepanjang jalan Diponegoro mereka tidak menemukan pohon kelapa
·         Kawasan Pemukiman yangterdapat di belakang Masjid ( Jalan aspal kecil )
Keduanya menyeberang jalan dan memasuki kawasan pemukiman yang ada di belakang bangunan Masjid. Mereka menyusuri sebuah jalan aspal kecil.
·         Di beranda rumah nomor 10
Diberanda rumah no. 10, mereka mendapati kakek sedang berbincang-bincang dengan seorang laki-laki seumur.
(2)   Latar Waktu
Latar waktu dalam cerita ini, digambarkan sekitar lebih dari pukul sembilan pagi.
·         “Kita disuruh berdiri didekat patung wanita cantik dan memandang surya diatas kepala dewa. Kakek pergi dari rumah pada pukul sembilan pagi, berarti matahari masih berada disebelah timur. Kita berdiri menghadap ketimur,” ucap Lodi.
(3)   Latar Sosial Budaya
Dalam cerita ini digambarakan bahwa para tokohnya berada di lingkungan perkotaan yang padat dengan lalu lintas. Selain itu, adanya sebuah masjid dalam cerita ini, menggambarkan bahwa lingkungan budaya masyarakat di cerita ini adalah religius yang cenderung memeluk agama islam.
·         Kedua anak itu lalu berdiri di dekat patung wanita cantik dan menghadap ke timur. Di depan mereka, tepatnya di seberang jalan, berdiri sebuah gedung hotel bernama Mustika Dewa.
·         “Rajawali gagah perkasa itu adalah nama sebuah bus. Lihat itu busnya ! “ Lodi menunjuk ke arah bus rajawali yang baru saja melintas
·         Mereka telah sampai di dekat papan reklame LED di ujung jalan yang menampilkan gambar pohon kelapa.
·         Keduanya menyeberang jalan dan memasuki kawasan pemukiman yang ada di belakang bangunan Masjid.

6)      Stile ( gaya bahasa )
Stile atau gaya bahasa merupakan cara pengungkapan seorang pengarang yang khas. Bahasa yang digunakan dalam cerita anak berjudul “ Memecahkan Bahasa Sandi “ ini menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh anak –anak. Dari segi bahasa, cerita ini cocok ditujukan untuk anak – anak berusia 10 – 12 tahun.

7)      Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang dalam cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga terbatas. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pengarang ( pencerita ) untuk menyebut tokoh yaitu menggunakan sebutan “dia” atau langsung menyebut nama tokoh – tokohnya deperti kutipan cerita berikut ini Lodi tercenung. Semalam, kakek bercerita kepada mereka ingin mengunjungi sahabat lama yang tinggal di kota ini. Tapi, kakek tidak tahu persis alamatnya. Beliau hanya diberi petunjuk secarik kertas berisi tulisan mirip puisi, tapi sesungguhnya adalah sebuah teka – teki atau bahasa sandi. Kakek meminta Ruli untuk menyalinnya dan disuruh ikut memecahkan artinya. Keterbatasan sudut pandang orang ketiga ini dapat dilihat dari cara bercerita pengarang yang hanya memfokuskan pada tokoh tertentu saja, yaitu pada tokoh Lodi dan Ruli saja.

8)      Judul
Judul merupakan penanda atau isyarat mengenai masalah yang akan diungkapkan pengarang. Cerita anak ini memiliki judul “Memecahkan Bahasa Sandi “. Juduldalam cerita ini sangatlah cocok dengan cerita yang ada di dalamnya, yaitu tentang Ruli dan Lodi yang berusaha untuk memecahkan bahasa sandi kakek. Sehingga mereka dapat menemukan Kakek mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar